Selasa, 12 Juli 2016

Mudik Menuju Kampung Halaman (Lebaran)

Siapa yang tidak menunggu kedatangannya? Ya, penghujung Bulan Ramadhan terasa berat melepasnya, begitu banyak perjalanan dan pengalaman untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi lebih bermakna setiap tahunnya. Apalagi menginjak umur yang sudah semakin dewasa, Hari Raya Idul Fitri menurut saya adalah hari menyenangkan khusunya bagi umat muslim yang merayakannya. menurutku tidak hanya makan ketupat lalu pulang ke kampung halaman, hal yang tidak mudah lagi di dapatkan apalagi dengan kesibukan masing-masing dari setiap anggota keluarga besar.

Tradisi yang biasanya saya lakukan bersama keluarga saya setelah pulang Sholat Ied adalah berkumpul membentuk sebuah lingkaran. lalu menceritakan pengalama selama Bulan Ramadhan. Saat Almarhum Aki masih ada, biasanya beliau memberikan wejangan bagi anak dan cucunya, memberikan beberapa nasihat yang berasal dari pengalaman beliau saat masih muda. Hal itu merupakan hal yang ditunggu oleh kami, cucu-cucu biasanya beliau menceritakan pada zaman dahulu sangatlah susah untuk mencari makan untuk buka puasa, apalagi sahur karena keterbatasan ekonomi. hal yang selalu kami ambil adalah, menjadi manusia yang selalu bersyukur bagaimana pun keadaannya.

Pada tahun 2016 ini Nini berencana untuk mudik, karena sudah 2 tahun kebelakang semenjak kepergian Aki keluarga kami tidak mudik dari Bandung. Akhirnya kami semua sepakat untuk pergi H-1 lebaran, ternyata beliau ingin berangkat lebih awal yaitu, 1 minggu sebelum hari lebaran. Karena anak dan cucunya masih ada yang sekolah dan bekerja, kami tetap berencana menyusul 1 hari sebelum hari lebaran. Mudiknya tidak terlalu jauh, ke Jatiwangi sebelum Kota Cirebon. saya sudah memikirkan disana udaranya sangatlah panas. hmm.. tapi tak apa

Beliau berangkat bersama bibi saya tepat 1 minggu sebelum berangkat. setibanya disana kami semua akan tinggal dirumah peninggalan dari Kakak-nya Nini, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba, tepat hari terakhir bulan puasa, saya berangkat bersama Umi, Abah, dan Bi Nani dari Bandung pukul 09.00 WIB. Abah bilang mungkin jalanannya akan sedikit padat, karena jalan yang kami tempuh seperti biasa Jatinangor, Tanjung Sari, dan lainnya saya tidak begitu hapal mengenai jalan menuju kesana.

Saya berpikiran "Wah pasti macet" tapi ternyata dugaan saya salah, jalannya sangat kosong dan kami hanya menempuh waktu 3 jam untuk sampai di Jatiwangi. karena Abah mengendarai mobilnya dengan santai, sesampainya disana kami disambut dengan udara yang gersang dan juga berdebu. Akhirnya satu persatu saudara pun mulai berdatangan untuk tinggal dan juga melaksanakan Takbiran yang biasa kami lakukan.

Saya sudah mempersiapkan membawa kipas angin dari Bandung, karena banyak saudara-saudara rasanya rumah penuh sesak dan panas, tapi saya tetap senang lalu kami pun menyalakan kembang api setelah takbiran, dan menggelar tikar untuk duduk-duduk di halaman. rasanya lebih nyaman, karena banyak angin sepoi-sepoi kami juga membeli eskrim, dan minuman dingin lainnya. Karena sudah larut malam, kami memutuskan untuk tidur karena takut pada saat Sholat Ied terlambat.

Tepat pada hari Rabu, 6 Juni 2016 seluruh keluarga bergegas untuk mandi, ya pasti mengantri... ha ha ha. Hal yang menjadi kebiasaan di Jatiwangi pada setiap lebaran adalah jalan kaki menuju Masjid, saat saya lihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB ternyata benar para tetangga sudah bergegas untuk menuju Masjid. Kata Abah Masjidnya berada sekitar 2 km dari rumah, wah jauhnya...

Saya pun berjalan, merupakan hal Baru juga untuk berjalan jauh tetapi berbondong-bondong seperti ini, lebih terasa kedekatan antara saudara-saudara, dibandingkan pergi dengan kendaraan mungkin semuanya akan main handphone masing-masing. Tapi sayang sekali saya melewatkan Sholat Ied kali ini, karena tamu bulanan datang pada 2 hari sebelum lebaran. sesampainya di Masjid ternyata sudah penuh sesak, lelaki solatnya sudah sampai halaman Masjid, maka wanita solat di lapangan luar masjid, kami sudah mempersiapkan koran untuk Alas sebelum Sajadah.







Setelah Sholat ied selesai, kami berjalan pulang lagi kerumah tetapi berbeda dengan tadi pagi udaranya masih dingin dan sedikit sejuk, sekarang sudah mulai terasa panasnya, berjalan kerumah pun sambil berkeringat dan tidak ada yang bawa minum. sesamapainya di rumah, kami semua berkumpul, bedanya dengan 2 tahun kebelakang, biasanya Alm. Aki yang memulai pembicaraan pada seluruth keluarga, kali ini digantikan oleh Abah selaku anak sulung dari 7 bersaudara.

Seluruh keluarga bercengkrama, dan juga saling maaf-maafan kami pun berfoto bersama, dari mulai full semuanya, lalu anak dan menantu, tibalah giliran saya khusus cucu-cucu. sepupu saya berjumlah 14 orang, rata-rata semuanya seumuran tapi ada juga yang masih kecil. setelah berfoto kami semua pun makan makanan yang paling ditunggu, ketupat, opor ayam, rendang, dan semuanya masakkan Nini. YUMMYYY!








Perut sudah mulai kenyang, sambil meminum es buah ditemani dengan udara yang super terik, kami pun bersiap-siap untuk melaksanakan tradisi yang biasanya dilakukan saat lebaran, yaitu berjalan menuju tetangga dan saudara-saudara. sanking banyaknya anggota keluarga kami, sampai membuat 2 barisan. Setiap kali sampai di rumah sanak saudara kami pun bersalam-salaman. lumayan jauh juga perjalanannya tetapi Nini dan Abah juga sambil menceritakan silsilah keluarga kami.





Lebaran yang berkesan!



Sudia's Family<3